Maintenance-Marboth
Sumber inspirasi: Tarbawi, Edisi 6 Mei 2010.
Tanda tanya. Itulah salah satu tanda untuk mengakhiri sebuah pertanyaan. Bentuknya unik, berkelok seperti tersirat bahwa ada sesuatu yang harus diluruskan, entah kebenarannya, faktanya, keasliannya, atau yang lainnya tergantung dari jenis pertanyaan yang kita ajukan. Bertanya itu perlu, dan sudah memang seharusnya kita selalu mengajukan pertanyaan atas ketidaktahuan kita akan sesuatu, karena sejatinya hidup ini tidak lain berawal dari "tidak tahu"-"tahu"-dan "tidak tahu" lagi, alias lupa(pikun).
Namun, tak semua pertanyaan bersifat konstruktif. Ada beberapa pertanyaan yang justru menjadi persoalan dalam komunikasi. Akarnya adalah motif atau niat dalam bertanya.
- Ada pertanyaan yang hadir karena Kesombongan
- Ada pertanyaan yang muncul karena latah semata.
- Pertanyaan muncul karena kebodohan
- Pertanyaan yang mendzolimi
- Ada juga pertanyaan yang berlebihan, artinya melebihi batasnya
Sobat, inilah sebagian kecil jenis-jenis pertanyaan yang sering diajukan. Di luar sana, masih banyak jenis pertanyaan lagi yang mungkin belum kita sadari betul sebenarnya pertanyaan yang diajukan itu untuk apa. Sejatinya pertanyaan itu adalah gerbang menuju kedewasaan. Kita tidak akan bisa tahu tanpa harus bertanya terlebih dahulu. Dunia ini akan hampa jika manusia berhenti bertanya. Semuanya kembali kepada niat kita, dan bagaimana kita menempatkan pertanyaan itu sesuai porsinya. Cukuplah seorang muslim berpedoman pada Hadits Rosulullah,
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr r.a, dia berkata: Saya mendengar Rosulullah bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka ( yang tidak berguna ) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (HR. Bukhori dan Muslim).
Wallahu a'lam
0 Response to "Tanyakanlah "Pertanyaanmu""
Posting Komentar