Mesjid Al Hurriyyah berdiri pada tahun 1965 dengan bentuk yang kecil, sederhana dan berada di tengah hutan . Pada tahun 1992 di sebelah kiri mesjid Al Hurriyyah yang pertama di bangun mesjid yang lebih besar, yang mampu menampung jamaah 1.000 orang tahun 1997, pengelolaannya masih berada satu yayasan dengan Yayasan Al Ghifari yang juga mengelola Masjid Al Ghifari IPB di Kampus Gunung Gede.
IPB membangun mesjid yang lebih besar lagi yang megah, bahkan menjadi mesjid kampus terbesar ke-dua se-Indonesia yang dapat menampung jamaah 5.000 orang pada tahun 1998, sebagai renovasi dari masjid lama (sekarang dikenal dengan Aula Al Hurriyyah) dan pengelolaanya pun mandiri sebagai mitra dari Masjid Al Ghifari. Pada permulaan tahun 1998 juga, kegiatan DKM Al Hurriyyah kemudian berkembang lebih jauh menyusul diadakannya Lokakarya Pengelolaan dan Pemakmuran Masjid AlHurriyyah IPB di akhir tahun 1997.
Makna Bangunan Masjid
Bentuk segitiga yang terdapat pada dinding masjid, diambil dari ide dasar master plan Kampus Institut Pertanian Bogor di Darmaga. Atap berbentuk kuncup limas yang dikomposisian sed

emikian rupa merupakan ciri tradisional. Bidang-bidang segitiga dimanfaatkan untuk pencahayaan dan sirkulasi udara secara alami . Bentuk bingkai-bingkai bukaan diselaraskan dengan bentuk keseluruhan dengan elemen pengisi yang memilikipola dan warna khusus. Konsep segitiga merupakan perwujudan dari ajaran Islam yang mengajarkan hablumminallah, hablumminannaas, dan hubungan dengan alam lingkungan. Penggunaan bidang-bidang segitiga yang diputar dan dikomposisikan dalam bangunan ini merupakan penerapan seni Islam yang berbentuk geometric pattern yang juga telah digunakan dalam tradisi bangunan Islam. Diketahui pula, segitiga ialah bentuk paling stabil dalam ilmu mekanika.
*) disadur seperlunya dari ‘Konsep Perencanaan dan Perancangan Masjid Al Hurriyyah’